Home / Isu keamanan Internasional / Krisis Pangan Global: Ancaman Perang & Perubahan Iklim

Krisis Pangan Global: Ancaman Perang & Perubahan Iklim

Krisis Pangan Global Ancaman Perang & Perubahan Iklim

Krisis Pangan Global: Antara Perang dan Perubahan Iklim

Dunia sedang menghadapi krisis yang berlipat ganda dan saling berkaitan: krisis pangan global. Tidak seperti kelaparan di masa lalu yang seringkali disebabkan oleh kekeringan atau kegagalan panen di satu wilayah, krisis saat ini adalah badai sempurna yang didorong oleh dua kekuatan besar: perang dan perubahan iklim.

Konflik geopolitik, terutama perang di wilayah penghasil pangan utama, telah secara langsung mengganggu rantai pasokan global. Negara-negara yang biasanya menjadi lumbung gandum atau produsen minyak bunga matahari tiba-tiba terperangkap dalam konflik, menghancurkan infrastruktur pertanian, menghentikan ekspor, dan menaikkan harga komoditas secara drastis. Akibatnya, negara-negara miskin dan berkembang yang sangat bergantung pada impor menjadi yang paling menderita. Kenaikan harga gandum dan pupuk bukan hanya berarti roti menjadi mahal, tetapi juga mengancam seluruh sistem pertanian di negara-negara tersebut.

Di sisi lain, perubahan iklim bekerja sebagai ancaman yang lebih senyap, namun mematikan. Pola cuaca yang tidak terduga—mulai dari gelombang panas ekstrem, kekeringan berkepanjangan, hingga banjir bandang—merusak lahan pertanian di seluruh dunia. Tanaman tidak dapat tumbuh, hewan ternak mati, dan produktivitas pertanian menurun drastis. Wilayah-wilayah yang dulunya subur kini berjuang untuk menghasilkan panen yang memadai. Misalnya, kekeringan parah di Afrika dan Amerika Selatan telah mengakibatkan gagal panen besar-besaran, sementara banjir di Asia Tenggara merusak ladang-ladang padi yang menjadi sumber makanan bagi jutaan orang.

Dampak Ganda: Ketika Perang & Iklim Bersatu

Interaksi antara perang dan perubahan iklim menciptakan siklus yang merusak. Konflik seringkali memburuk di daerah-daerah yang sudah rentan terhadap efek perubahan iklim, di mana sumber daya alam seperti air dan lahan subur semakin langka. Perang juga mengalihkan sumber daya finansial dan manusia dari upaya adaptasi iklim, membuat negara-negara lebih tidak siap menghadapi bencana alam di masa depan.

Dampak internasional dari kombinasi ini sangat nyata: kelangkaan dan kenaikan harga. Kenaikan harga pangan memicu ketidakstabilan sosial dan politik, bahkan memicu kerusuhan di beberapa negara. Jutaan orang yang sudah hidup di garis kemiskinan kini terdorong ke ambang kelaparan. Organisasi kemanusiaan seperti  berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara dana bantuan semakin menipis.

Menghadapi tantangan ini, solusi tidaklah mudah. Diperlukan tindakan segera dan terkoordinasi di tingkat global. Pertama, penting untuk menyelesaikan konflik dan membuka kembali jalur perdagangan. Kedua, investasi besar-besaran dalam pertanian yang tangguh terhadap iklim (climate-resilient agriculture) adalah suatu keharusan. Hal ini termasuk pengembangan varietas tanaman yang tahan kekeringan, perbaikan sistem irigasi, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan.

Pada akhirnya, krisis pangan global bukan hanya masalah ekonomi atau geopolitik, melainkan krisis kemanusiaan yang mendalam. Ini adalah pengingat bahwa keamanan pangan kita tidak bisa dipisahkan dari perdamaian dan kesehatan planet kita. Mengabaikan salah satunya berarti mengancam masa depan umat manusia secara keseluruhan.